Sore itu ia terkesiap akan sebuah janji, berjanji untuk
bersitatap dengan seorang asing. Ia tak bisa berpikir lagi, entah apa yang
menuntunnya hingga ia melangkahkan kaki dalam perwujudan janji itu. Ia telah
bersiap. Bersiap bahwa akan menahan dengan sepenuh hati mengerem laju detak
jantungnya, menetralkan warna air mukanya, dan berlaku setenang helaian daun
yang tertiup angin.
Hamparan ruang luas terasa sangat menghimpit rasanya. Terpaku
dengan keyakinan dan ego yang saling berhantaman. Ia tak berani mengangkat
pandangan. Terdiam menatap kosong rentetan huruf di depannya. “hei, kamu
membaca atau mengalihkan saja? “,kata sang penanya.
Ia berteriak dalam
diamnya..”apa tak kau lihat betapa kerasnya aku menyembunyikan. Tak kau bacakah
itu dari gerakan tanganku yang tidak bisa tenang melakukan instruksi otakku.”
Tak banyak yang ia dengar dari percakapan temaram itu.
Telinganya tiba-tiba menjadi tak berfungsi, tak mampu menangkap ucapan yang
berhamburan di udara. Sedangkan mulutnya tak berhenti tersenyum menyembunyikan
perlisanan hati yang ingin melompat-lompat keluar dan menyapa ceria.
Ia aneh. Menunjukkan rasa hormatnya dengan tatapan lantai.
“aku takut, kau menunduk terlalu dalam.” Tawa sang penanya kepadanya.
“Aku
menghormatimu, menghormati keberadaanmu, menghormati perasaanku, dan
menghormati apa yang tertulis atas
kau dan aku suatu saat nanti.” Sekali lagi, ia hanya mampu menjawab dengan
tundukan semakin lama.
Hanya ungkapan sebal yang akhirnya terlontar darinya. Bodoh.
Kamu pura-pura membodohi dirimu sendiri, atau memang benar-benar bodoh?
Hari itu, ia berjalan sejajar, tak berdampingan.
Sejajar.
Bukan di depan sebagai penunjuk jalan dan bukan di belakang sebagai bayangan.
Ia tak ingin merasa terjebak, karena ini bukan jebakan yang mengada-ada.
Ada
letupan-letupan api.
Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis, yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu, yang tiba-tiba gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan mangga itu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar