Hari ini rasanya benar benar tertonjok oleh pernyataan
seorang teman :D
Kenapa harus bertele-tele berucap jika pada dasarnya apa
yang kita ucapkan pun kita belum mampu memaknai substansinya. Banyak hal yang
masih mengganjal dalam benak saya ketika dihadapkan pada posisi sebagai seorang
calon pendidik. Ganjalan itu berupa ketakutan yang teramat besar jika kehadiran
saya sebagai sosok guru tidak mampu memberikan manfaat untuk anak – anak kelak.
Ketika awal saya memutuskan untuk ingin menjadi seorang
guru, saat itu pikiran saya masih teramat dangkal. Angan-angan seorang manusia
yang belum memasuki fase berpikir, mendorong saya terhadap “pemikiran dangkal”
tentang seorang guru. Ketika itu yang terlintas adalah keuntungan semata bahwa
ketika saya memilih jalan ini maka saya juga tidak akan meninggalkan tugas saya
yang paling terpenting menjadi seorang madrasah utama bagi anak – anak saya
kelak.
Namun saat ini semua terasa terbentur. Dalam perjalanannya,
saya dipertemukan dengan teman – teman yang sangat membawa perubahan terhadap
pola pikir saya selama ini. Ada kalanya mereka yang notabene bukan seorang
mahasiswa kependidikan, tetapi passion dan kepedulian mereka terhadap dunia
pendidikan membuat saya teramat iri. Mereka lebih semangat berinovasi dan
memperkaya diri dengan keilmuan tentang dunia anak-anak.
Benarlah kiranya pesan seorang teman bahwa sesungguhnya
ketika menjadi seorang pendidik itu adalah sebuah kecintaan yang teramat besar
akan hidup itu sendiri. Bagaimana asyiknya menuntun anak merasakan sejuknya air
wudhu, memperkenalkan mereka dengan gerakan sholat, mengeja kata demi kata agar
menjadi untaian kalimat yang baik, dan banyak hal dahsyat lain.
~bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar